Model Arsitektur Client Server dimodelkan
sebagai satu set layanan yang disediakan oleh server dan satu atau
lebih client yang memakai layanan server. Client tidak perlu menyadari
keberadaan server tetapi juga sebaliknya tidak mengetahui keberadaan
client yang lain. Komponen utama pada model ini :
- Ada stand-alone server yang menyediakan layanan ke sub-sub system
- Ada sub sistem yang disebut juga client yang memanggil/mengakses layanan di server-server
- Ada jaringan memungkinkan sub-sub sistem mengakses layanan-layanan pada server.
Untuk mengakses suatu server maka sub
sistem atau client harus mengetahui alamat atau nama server yang diakses
dan juga layanan yang diberikan. Sebaliknya, server tidak perlu tahu
berapa client/sub sistem yang mengaksesnya dan sub sistem mana yang
menggunakan layanannya.
Arsitektur client server memiliki struktur yang terdiri dari 3 lapisan yang harus ada yaitu:
- business logic/ application, yang berhubungan dengan implementasi logika aplikasi
- data management, yang berhubungan dengan operasi database
- presentation layer, yang berhubungan dengan penyajian informasi ke user dan dengan semua interaksi user.
Gambar 3 dan 4
adalah contoh-contoh dari model client-server, dimana ada beberapa
server dan client. Masing-masing server menyimpan datanya sendiri dan setiap client bisa mengakses/menggunakan layanan pada tiap server.
- Keuntungan
– Distribusi data secara langsung melalui jaringan
– Penggunaan sistem jaringan secara efektif –hardware jadi murah
– Mudah untuk tambahkan server baru atau up-grade server yang sudah ada
- Kekurangan
– Tidak ada data model, jadi organisasi data macam-macam, sehingga integrasi data sulit
– Redundant management
– Tidak ada pusat register nama dan service, sehingga kalau tidak tahu nama server dan service-nya sulit ditemukan
– Manajemen data dilakukan pada tiap server, tidak terpusat
karena masing-masing server memiliki karakteristiknya sendiri.
Tiga lapisan pada client-server arsitektur menentukan model dari
client-server. Perbedaan model-model tersebut adalah pada distribusi 3
lapisan tersebut. Model distribusi 3 lapisan client-server adalah :
two-tier, three-tier dan n-tier (multitier).
1. Two-tier architecture:
- Thin-Client model
Pada model ini menempatkan business
logic/application process dan data management pada server sedangkan
client bertanggung jawab untuk menjalankan perangkat lunak presentasi
yang biasanya hanya berbentuk interface system atau GUI. Server
mengerjakan pekerjaan berat yaitu menjalankan application process dan
data management. Contoh : website
Kelebihan :
- Biaya lebih rendah
- Lebih cocok untuk model jaringan sederhana
Kekurangan:
- Menempatkan beben berat pemrosesan pada server
- Ada kekuatan pemrosesan yang besar yang tersedia pada PC modern dan tidak digunakan pada client
- Fat Client model
Pada model ini menempatkan business
logic/application process dan presentation pada client dan server hanya
mengurusi data management. Contoh : suatu aplikasi dibangun dengan VFP
dan mengakses database Oracle. Semua application process dan
presentation di client yang menggunakan VFP.
Kelebihan :
- Menggunakan kekuatan pemrosesan yang besar dan mendistribusikan pemrosesan logika apliakasi dan presentasi pada klien
- Server hanya menangani seluruh transaksi database
- Pendistribusian pemrosesan lebih efektif
Kekurangan :
- Manajemen sistemnya lebih komplek
- Biayanya lebih besar
Contoh dari mo0del arsitektur C/S Two Tier dapat
dilihat pada gambar dibawah ini tentang jaringan ATM. Pada gambar
tersebut ATM tidak berhubungan langsung dengan database nasabah, tetapi
terhubung ke monitor teleprocessing. Monitor teleprocessing (TP) merupakan middleware yang mengatur komunikasi dengan client jarak jauh (remote) dan menserikan transaksi client untuk diproses oleh database. Menggunakan transaksi serial berarti bahwa system dapat pulih dari kesalahan tanpa merusak data system.
Munculnya Java dan applet yang dapat di
download secara gratis memungkinkan pengembangan system C/S antar model
thin dan fat client. Beberapa perangkat lunak pemrosesan aplikasi dapat
di download ke client seperti Java Applet sehingga mengurangi beban pada
server. Interface User dibangun dengan web browser yang dapat
menjalankan Java Applet.
Masalah terpenting pada arsitektur two tier C/S
adalah ketiga lapisan logika harus dipetakan ke dua system computer.
Mungkin ada masalah skalabilitas dan kinerja jika dipilih model thin client. Mungkin bila ada masalah manajemen system jika dipilih fat client. Untuk mengatasi masalah ini pendekatan alternative menggunakan arsitektur three tier client server.
2. Three-tier architecture:
Memisahkan secara logic, presentation
yang ada di client dengan application process yang berada terpisah
secara logic dengan data management.
Kelebihan system Three tier C/S adalah diantaranya:
- Transfer informasi antara web server dan server database optimal
- Komunikasi antara sistem-sistem tidak harus didasarkan
pada standart internet, tetapi dapat menggunakan protocol komunikasi
yang lebih cepat dan berada pada tingkat yang lebih rendah
- Penggunaan middleware mendukung efedien query database
dalam SQL dipakai untuk menangani pengambilan informasi dari database.
Contoh: Internet Banking system. Database nasabah bank menyediakan
layanan manajemen data, web server menyediakan layanan aplikasi seperti
fasilita transfer uang tunai, membayar tagihan, dll. Komputer nasabah
dengan browser internet merupakan client. Sistem ini mudah diskala untuk
menambahkan web server baru dengan bertambahnya jumlah nasabah.
3. Distributed object arsitektur
Pada model ini komponen yang terpenting
adalah objek yang menyediakan antarmuka untuk layanan-layanannya guna
dipanggil oleh objek lain. Masingmasing objek dapat dipanggil oleh objek
lain dalam sistem tersebut. Tidak ada lagi pembagian client-server,
karena tiap objek dapat berperan menjadi client dan server bergantung
pada operasi yang dilakukan. Jika objek tersebut memberikan layanan pada
objek lain, berarti objek yang memberi layanan berperan sebagai server,
dan objek yang menggunakan layanan berperan sebagai client.
Sumber :