Minggu, 20 Februari 2011

Cinta

0 komentar
Cinta, cinta, dan cinta...
Apakah cinta itu? sepertinya semuanya sangat terpaku pada satu kata yang penuh dengan kemegahan maknanya. saya jadi teringat pada update status teman saya, ia menulis : "Kamu tidak akan bisa hidup tanpa cinta, dan saya merasa oksigen adalah lebih penting". LOL.... :D

ada yang bilang cinta itu inspirasi kekuatan hidup, segelintir kaum tak bertuan menerjemahkan bahwa cinta adalah cerita indah namun tiada artinya, lebbuaaaaaay... 

Ada yang mengatakan, cinta itu butuh pengorbanan. Mungkin.
Tapi yang pasti, cinta tidak boleh harus selalu berkorban. Ini masalah “take and give”. Memberi dan menerima. Kalau satu pihak selalu memberi, sementara yang lain selalu menerima, itu bukan cinta. Itu malah jadi “sedekah” dari yang berhati kaya ke yang berhati miskin. Dalam bukunya Art of Loving,





Erich Fromm (1983:24-27) menyebutkan bahwa cinta itu terutama memberi bukan menerima. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu yaitu:


- Pengasuhan
asuh adalah menjaga merwat dan mendidik...
contohnya adalah cinta seorang ibu kepada anaknya.


- Tanggung Jawab
tindakan yang benar-benar berdasar atas suka rela, oleh karena itu tanggung jawab merupakan penyelenggaraan atas kebutuhan fisik.


- Perhatian
merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi orang lain, terutama agar mau membuka dirinya, memperhatikan sebagaimana adanya.


- Pengenalan
merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia.

Pengertian tentang cinta juga diungkapkan oleh Dr. Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga Cinta, bukan cinta segitiga. Dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3 unsur yaitu keterikatan, keintiman, kemesraan.

- Keterikatan
adanya perasaan untuk hanya bersama orang yang dicintai, segala prioritas hanya untuk dia.
- Keintiman
adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa tidak ada jarak lagi, sehingga panggilan formal digantikan dengan sekedar memanggil nama, atau sebutan lain seperti lain seperti sayang, makan/minum dari satu piring/cangkir, tidak saling menyimpan rahasia, dst.

- Kemesraan
yaitu rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kengen apabila jauh atau lama tidak bertemu, ucapan-ucapan yang mengatakan sayang, saling mencium, merangkul, dsb.
Setelah diberikan uraian tentang cinta sejati oleh tiga ahli di atas, berikut ini akan dijelaskan masalah kasih. Telah dikemukakan bahwa kasih adalah perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasih.


Cinta juga sering diartikan hanya antara dua anak manusia berbeda jenis. Walau ada pula yang memaksakan itu juga bisa berlangsung di antara sesama jenis (bagi kaum homo dan lesbian). Lebih pada keinginan memiliki pasangan berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Namun cinta berdasarkan nafsu atau hasrat belumlah cinta yang sesungguhnya. Menurut Erich Fromm, itu cuma erotis belaka.

Erich Fromm seorang psikoanalisis dari madzab frankfrut mengatakan kalau sebagian dari kita sesungguhnya tengah terperangkap dalam pasungan zaman modern. Sebagian dari kita secara eksistensialis tengah tidak mampu menjawab problem keteralienasian atau keadaan terasing... sebagian orang telah gagal mengatasi keterasingannya, hingga pada gilirannya dia lari dari kebebasan yang diberikan oleh alam kepadanya (escape from freedom)...

Kebohongan, kemunafikan dan segala bentuk kedurjanaan sebenarnya (menguntit apa yang didalilkan oleh Fromm) merupakan bentuk dari usaha manusia mengatasi eksistensinya yang terasing!
Sebenarnya hanya satu yang dapat dilakukan manusia untuk mengatasi keterasingannya tersebut yaitu dengan cara: Merawat pohon CINTA!


Tapi tunggu dulu, kita jangan terburu-buru mendefinisikan cinta secara naif. cinta tidak dapat didefinisikan secara linear dimana cinta itu hanya berorientasi pada hubungan antara perempuan dan laki-laki yang bersifat melankolis. Salah besar jika kita mendefinisikan cinta seperti itu...


Cinta itu seperti seni (kata Erich Fromm) dia harus dirawat dan diperjuangkan. Sama seperti halnya kita mencintai seni musik, jika kita mencintai musik kita akan tenggelam untuk merawatnya dengan cara melatih titik nada dan keterampilan kita dalam bermain musik... Dan perawatan tersebut harus bersifat kontinue tidak sementara... semakin terus dirawat dan dipelihara seni itu akan semakin menampakkan keindahannya dan kepiawaiannya... sama seperti halnya dengan cinta, jika dia dirawat terus menerus akan semakin menyelaraskan dan mengharmoniskan hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya...

Cinta adalah dua di dalam satu, artinya antara kita satu sama lain dituntut untuk saling mengembangkan dan menghargai keunikan antara kita dan dengan hal itulah kita menjadi satu dan merontokan dinding pembatas diantara kita.... kita berbeda agama tetapi satu, kita berbeda bahasa tetapi satu, kita berbeda status sosial tetapi satu, dan perbedaan-perbedaan yang lainnya...

Perbedaan harus ada dalam cinta, karena hal itu akan melatih kita untuk berempati dan mengembangkan kasih sayang antara satu sama lain.... bla..bla..bla...

Cinta yang sesungguhnya adalah cinta dalam arti yang lebih luas. Cinta kepada sesuatu yang abstrak seperti Tuhan juga termasuk di sini. Atau cinta kepada kesatuan yang lebih besar dimana kita menjadi bagian dari kesatuan itu, seperti negara atau agama. Cinta yang bersifat platonis atau hanya mengagumi dari kejauhan atau “hanya memberi tak harap kembali” juga kerap terjadi. Tentu saja  kita tak melupakan yang cintanya “sepanjang jalan” yaitu cinta orangtua, terutama ibu kita.

Namun tetap saja, baik lagu, cerita dengan berbagai jenis seperti novel, roman atau drama, juga film, sebagian besar membingkai cinta dalam kerangka asmara antara dua insan berbeda jenis. Di saat itulah kita sebenarnya bisa menatap cermin, mampukah kita menyuarakan perasaan terdalam kita? Bila saja ada cinta untuk cinta, apa yang akan kita lakukan untuknya?

Leave a Reply