Kali ini berbicara soal meminta dan memberi maaf. Mudah bagi kita untuk meminta maaf saat melakukan sebuah kesalahan, namun ternyata sangatlah sulit sekali memberikan maaf pada orang lain yang telah melakukan salah pada kita. Yup. Itulah egoisme manusia. Hanya mengerjakan hal yang menurutnya menguntungkan buat diri sendiri.
Seperti halnya dalam kisah paku dan amarah. Dimana, saat kali melakukan kesalahan kita akan memaku sebuah paku pada tembok. Kemudian suatu ketika, saat kita sudah tidak marah lagi, kita dapat mencabut paku itu. Namun, lihatlah tembok itu. Bekas paku yang pernah kita tancapkan tidak akan hilang. Tembok itu tak akan pernah kembali seperti duu sebelum kita menancapkan paku padanya.
Cerita paku dan amarah itu menggambarkan luka yang akan berbekas saat kita melakukan salah pada orang lain. Kita dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu.. tetapi tidak peduli berapa kali kita minta maaf, luka itu akan tetap ada. Meski akhirnya kita mendapatkan maafnya, gak berarti bekas luka itu telah hilang. Hal tersebut mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam bertindak, agar tidak melukai orang lain. Agar tak ada penyesalan di akhir.
Namun, hal itu tidak lantas kita jadikan sebuah Patokan. Sebuah patokan yang membuat kita sulit memaafkan orang lain yang telah melakukan salah pada kita. Itu adalah gambaran agar kita tidak mudah melakukan kesalahan dan kemudian meminta maaf.
Sebagai seseorang yang merasa telah dilukai, kita harus bersikap lebih lapang. Kita harus ingat bahwa tiap manusia juga tidak ada yang tidak pernah melakukan kesalahan. Bahkan, kita sendiri juga pernah melakukan kesalahan. Coba aja bayangin gimana rasanya kalo kita udah minta maaf namun tidak juga direspon apalagi dimaafkan.
Dan yang harus kita ingat, Allah saja masih memberikan maaf buat hamba-Nya. Apalagi kita yang Cuma makhluk-Nya, gak sepantasnya bersikap sombong dengan tidak mau memaafkan. Dengan memaafkan mungkin tidak akan mengembalikan atau memperbaiki sesuatu yang telah rusak. Namun, memaafkan dapat menenangkan hati dari sifat dendam dan prasangka. Semua juga untuk kebaikan bersama, ketenangan bersama.
Jangan biarkan masa lalu menghantui masa depan kita. Jangan rusak kebahagiaan hari ini dengan bayangan kejadian buruk kemarin. Ingatlah semua itu adalah warna yang menghiasi perjalanan hidup kita, agar hidup ini terasa lebih indah. Karena pelangi itu terdiri dari berbagai warna, bukan cuma satu. Dan disetiap akhir tangisan pasti akan ada senyuman :)
Untuk itu ada sebuah ungkapan yang sangat saya sukai “jika orang lain melakukan keburukan pada kita, tuliskan di atas pasir pantai agar dapat tersapu ombak. Namun, saat orang lain melakukan kebaikan pada kita, tuliskan di atas batu karang agar tidak mudah hilang”. Intinya, jangan selalu mengingat keburukan orang lain, padahal kita tahu begitu banyak kebaikannya yang telah kita rasakan
Seperti halnya dalam kisah paku dan amarah. Dimana, saat kali melakukan kesalahan kita akan memaku sebuah paku pada tembok. Kemudian suatu ketika, saat kita sudah tidak marah lagi, kita dapat mencabut paku itu. Namun, lihatlah tembok itu. Bekas paku yang pernah kita tancapkan tidak akan hilang. Tembok itu tak akan pernah kembali seperti duu sebelum kita menancapkan paku padanya.
Cerita paku dan amarah itu menggambarkan luka yang akan berbekas saat kita melakukan salah pada orang lain. Kita dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu.. tetapi tidak peduli berapa kali kita minta maaf, luka itu akan tetap ada. Meski akhirnya kita mendapatkan maafnya, gak berarti bekas luka itu telah hilang. Hal tersebut mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam bertindak, agar tidak melukai orang lain. Agar tak ada penyesalan di akhir.
Namun, hal itu tidak lantas kita jadikan sebuah Patokan. Sebuah patokan yang membuat kita sulit memaafkan orang lain yang telah melakukan salah pada kita. Itu adalah gambaran agar kita tidak mudah melakukan kesalahan dan kemudian meminta maaf.
Sebagai seseorang yang merasa telah dilukai, kita harus bersikap lebih lapang. Kita harus ingat bahwa tiap manusia juga tidak ada yang tidak pernah melakukan kesalahan. Bahkan, kita sendiri juga pernah melakukan kesalahan. Coba aja bayangin gimana rasanya kalo kita udah minta maaf namun tidak juga direspon apalagi dimaafkan.
Dan yang harus kita ingat, Allah saja masih memberikan maaf buat hamba-Nya. Apalagi kita yang Cuma makhluk-Nya, gak sepantasnya bersikap sombong dengan tidak mau memaafkan. Dengan memaafkan mungkin tidak akan mengembalikan atau memperbaiki sesuatu yang telah rusak. Namun, memaafkan dapat menenangkan hati dari sifat dendam dan prasangka. Semua juga untuk kebaikan bersama, ketenangan bersama.
Jangan biarkan masa lalu menghantui masa depan kita. Jangan rusak kebahagiaan hari ini dengan bayangan kejadian buruk kemarin. Ingatlah semua itu adalah warna yang menghiasi perjalanan hidup kita, agar hidup ini terasa lebih indah. Karena pelangi itu terdiri dari berbagai warna, bukan cuma satu. Dan disetiap akhir tangisan pasti akan ada senyuman :)
Untuk itu ada sebuah ungkapan yang sangat saya sukai “jika orang lain melakukan keburukan pada kita, tuliskan di atas pasir pantai agar dapat tersapu ombak. Namun, saat orang lain melakukan kebaikan pada kita, tuliskan di atas batu karang agar tidak mudah hilang”. Intinya, jangan selalu mengingat keburukan orang lain, padahal kita tahu begitu banyak kebaikannya yang telah kita rasakan